Senin, 24 September 2012

BUAT PARA ORANG TUA MURID

Pertandingan taekwondo paling imut se Korea, (5 tahun)








Frederik Emil Olsen (9 tahun) , taekwondoin ajaib dari Denmark






Semoga bisa memotivasi......

Sabtu, 22 September 2012

ENAM MITOS OLAHRAGA USIA DINI


MITOS NO. 1.Keterampilan fisik akan datang dengan sendirinya, tidak perlu diajarkan atau dilatih. Ini merupakan pernyataan yang tidak benar. Memang sudah menjadi kodrat bahwa manusia dapat melakukan gerakan, tetapi semuanya membutuhkan latihan dan perbaikan. Tanpa latihan, gerakan tidak dapat sempurna.

MITOS NO. 2.Anak-anak akan mendapat latihan olahraga di sekolah, jadi tidak perlu lagi dibimbing sebelum sekolah. Ini juga pandangan yang salah. Beberapa keterampilan fisik bahkan perlu dilatih sebelum usia sekolah. Tidak semua sekolah punya alat-alat dan biaya yang cukup untuk olahraga. Guru olahraga pun kadang-kadang tidak ada.

MITOS NO. 3.Olahraga tidak penting bagi anak perempuan. Ada orang tua mengatakan, dia dapat mengerti bimbingan atau pengembangan fisik untuk anak laki-laki tetapi tidak untuk anak perempuan. Pendapat ini keliru. Sering terjadi orang tua dengan bangga menyaksikan suatu pertandingan olahraga, karena anak laki-lakinya bermain dalam pertandingan itu tetapi mereka mengabaikan latihan-latihan olahraga untuk anak perempuannya. Apa jadinya generasi mendatang tanpa wanita yang sehat?

Taekwondo untuk Anak ?
Anak usia 4 s/d 12 tahun sudah memiliki keinginan yang besar untuk beraktifitas fisik. Olahraga adalah kegiatan yang bisa menyalurkan enerji mereka. Namun sayang tidak semua olahraga bisa.. Mengapa ? Beberapa cabang olahraga memang tidak dirancang untuk dilakukan oleh anak - terutama untuk usia 4 tahun.

Taekwondo ? Olah raga keras !
Taekwondo olahraga beladiri asal Korea ini  kerap dibayangi dengan kontak fisik dan kekerasan. Padahal Taekwondo adalah Olympic sport, bayangan negatif ini mestinya hilang dan bagaimanapun juga tergantung pada siapa pelatihnya. Latihan dikelas kami, kontak fisik dibatasi dan sama sekali bebas kekerasan. Beladiri jelas tidak sama dengan perkelahian. Sebagai olahraga, Taekwondo mengajarkan sikap ksatria               (sportmanship dan fair play). Kami membangun keberanian lewat tantangan. Pencegahan  kecelakaan dan penanganan cedera adalah prioritas.

MITOS NO. 4Semua Latihan Taekwondo - sama saja.
Latihan taekwondo yang biasa diberikan untuk umum yang juga biasanya diikuti oleh remaja dan dewasa tidak seharusnya diberikan kepada anak usia 4 s/d 12 tahun apalagi jika  beban, intensitas serta frekuensi latihan tidak dibedakan. Menuntut anak/siswa untuk meraih medali dalam pertandingan adalah beban yang secara psikis yang merugikan. Mental anak lebih perlu disiapkan terutama agar anak menikmati olahraga termasuk saat ia bertanding. Pemahaman pelatih tentang tujuan latihan dan cara latihan yang aman untuk anak menunjukan bahwa tidak semua latihan taekwondo itu sama.

Mengapa anak perlu olahraga ?
Olahraga pada dasarnya adalah aktifitas fisik yang terarah. Sebagai aktifitas, olahraga harus mampu membuat siapapun - juga anak-anak - mendapatkan manfaatnya. Manfaat olahraga bagi anak banyak sekali : kemampuan gerak, kekuatan otot serta kelenturannya terbukti membawa manfaat yang besar bagi pertumbuhan tulang anak dan ketahanan fisik untuk aktifitas anak sehari-hari.

MITOS NO. 5.Berikan bola dan bawa anak ke lapangan - ..cukup !
Teori usang !  Benar bahwa bermain bagi anak - adalah kegiatan yang menyenangkan.namun bermain tanpa aturan  bisa  menimbulkan cedera dan bahkan hilangnya minat anak. Kegembiraan anak saat berolahraga dapat memacunya untuk melakukan gerak dasar yang penting bagi anak seperti jalan, lari dan melompat. Permainan yang tidak dikemas untuk merangsang bergeraknya seluruh tubuh anak dengan seimbang tidak dapat dikatakan olahraga yang benar. Ketika anak berolahraga adalah waktu yang tepat untuk membentuk kesadaran untuk tunduk pada aturan main (self-disicipline) dan fair play (sportmanship). Persoalannya sekarang  bagaimana membuat anak gembira amat tergantung dari keterampilan pelatihnya.

MITOS NO. 6.Semakin muda anak menjadi atlit, semakin baik
Sama sekali kurang tepat ! Dalam usia dini " pekerjaan anak adalah bermain" - kehilangan masa kanak-kanak akan membuat anak hidup "cacat" karena ia telah kehilangan kesempatan untuk bermain yang akan merugikan anak secara psikis dimasa depannya - termasuk kerugian atas hilangnya minat berolahraga.
Disaat usia sekolah tulang dan otot anak sedang berkembang dilain pihak, kompetisi menuntut latihan dengan beban dan intensitas yang besar. Beban dan intensitas latihan ini dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tulang dan otot anak. Berdasarkan penelitian diperlukan 10 tahun atau 10.000 jam untuk menjadi ahli olahraga. Memperpendek waktu ini, misalnya menjadi hanya dua tahun, tidak hanya membuat anak jenuh tetapi juga membawa mereka kepada resiko cedera karena terjadi kerusakan otot.

Jumat, 21 September 2012

KETEMU BERITA 12 TAHUN YANG LALU NIH!!!



 Atlet taekwondo Kalimantan Barat (sabeum Ully dan sabeum Elwa masih muda!!)
15/02/2001 13:32 | Soal Kejurnas Taekwondo
Liputan6.com, Jakarta: Pengurus Besar taekwondo Indonesia tak memiliki dana yang cukup untuk tim daerah yang diikutsertakan dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) kali ini. Alhasil, sejumlah tim dari daerah gagal berangkat dengan komposisi lengkap. Lantaran permasalahan itulah atlet taekwondo asal Kalimantan Barat mengaku sulit berkonsentrasi untuk meraih prestasi terbaik. Demikian hasil pantauan SCTV, baru-baru ini.

Menurut pelatih taekwondo Kalbar Maximus Mese, tugas yang diembannya cukup berat. Sebab, selain harus melatih atlet, dia juga mesti merangkap sebagai petugas pencari dana. Selain itu, ia menegaskan, saat ini, dana yang ada pada tim Kalbar telah habis untuk biaya ke Jakarta dan pembayaran akomodasi. Sebab itu, ia khawatir, tim Kalbar tak dapat kembali ke kampung halaman.


Sebaliknya, masalah dana tak menjadi persoalan bagi tim dari Kota Gudeg. Pelatih Taekwondo Yogyakarta Rino Patiassina mengatakan, Pemerintah Daerah DI Yogyakarta telah memberi bekal yang cukup. Tujuannya, agar para atlet dapat meraih prestasi yang membanggakan.


Menurut rencana, Kejurnas Taekwondo mulai digelar di Stadion Tenis Tertutup Senayan, Jakarta Selatan, Kamis siang. Kejurnas akan diikuti 235 peserta dari 24 provinsi. Kejurnas juga dimaksudkan sebagai ajang pemanasan untuk para atlet Pelatnas menjelang Sea Games Kuala Lumpur, Malaysia, September mendatang.

ATLET TAEKWONDO KALIMANTAN BARAT SUMBANG PERUNGGU DI PON RIAU

Atlet taekwondo putri Kalimantan Barat, RA Gradika, berhasil menyumbangkan medali perunggu pada PON Riau 2012, setelah mengalahkan atlet dari Sulawesi Selatan, Komang Ayu Santri, dengan skor 9-2 di partai pertama. Sayang pada partai semifinal Gradika harus mengakui keunggulan atlet DI Yogyakarta yang juga atlet SEA Games Indonesia, Fitriana Mansyur, dengan skor telak 11-2. Sementara taekwondoin Kalimantan Barat lainnya yaitu, Ari Ibrahim, harus puas pulang tanpa medali karena kalah dari taekwondoin Jawa Barat, Aggi Septian, di partai pertama.

Pencapaian ini sesuai dengan target yang diusung oleh Pengprov TI Kalimantan Barat dan sekaligus berhasil menjaga tradisi selalu mempersembahkan medali dalam ajang PON bagi Kalimantan Barat yang sudah dimulai sejak PON 2004 di Sumatera Selatan.

Kontingen TI Kalimantan Barat dijadwalkan tiba hari ini (21/9/2012) dari Riau. 


                                     Gradika saat penyerahan medali pada PON Riau 2011

Terima kasih dan selamat jalan kepada Gradika yang telah meraih dan mempersembahkan medali perunggu untuk Kalimantan Barat (Gradika adalah atlet taekwondo dari Jawa Barat yang memperkuat Kalimantan Barat di PON Riau)

Senin, 17 September 2012

BAHAYANYA ANAK-ANAK BERLATIH BELADIRI DI TEMPAT YANG KELIRU


 Fakta bahwa saat ini olahraga beladiri di dunia lebih banyak diikuti oleh anak anak dan remaja daripada orang yang sudah dewasa.
Banyak orang tua mendaftarkan anak anak di kelas seni beladiri berharap mereka akan belajar disiplin dan membela diri dan mendapatkan latihan yang membuat mereka sehat. tapi sebuah penelitian baru menunjukkan metode - metode untuk mengajar seni beladiri dapat membuat agresif daripada anak-anak cerdas.

Kenapa?

Hasil penilitian yang dilakukan di USA ini menyimpulkan bahwa:
Program latihan yang mengabaikan pengajaran beladiri tanpa mengajarkan pula filsafat kuno yang mendasari beladiri tersebut dan hanya mengajarkan beladiri sebagai olahraga semata.

Di Texas A & M University, Dr Michael Trulson, mengambil 34 anak dan remaja (yang rentan terhadap kenakalan remaja sebagaimana ditentukan oleh tes psikologis) yang dibagi menjadi tiga kelompok.

Selama enam bulan, Grup A menghabiskan satu jam, tiga kali seminggu belajar seni beladiri kuno korea yaitu Taekwondo, dan seiring dengan itu, ia menekankan pengajaran tentang tujuan hidup, menghormati orang lain, kejujuran, kerendahan hati, tanggung jawab dan kehormatan.


Grup B menghabiskan waktu belajar versi modern dari Taekwondo yaitu pelatihan Taekwondo sebagai olahraga semata, sementara Grup C tidak mendapat pelatihan sama sekali.


Hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

Tidak ada perubahan di Grup C, tapi anak anak dalam dua kelompok seni beladiri mendapatkan respon,
yang sangat radikal di grup A, yang mendapat pengajaran secara lengkap tentang olah tubuh dan pikiran dengan memberikan berbagai pemahaman tentang filosofi kuno dari ajaran beladiri Taekwondo, mendapatkan semua manfaat yang positif yaitu: rasa kecemasan mereka berkurang, mempunyai percaya dan kebanggan diri yang tinggi, ketrampilan sosial mereka meningkat diatas rata rata , nilai nilai lebih kuat disemua aspek, dan terbukti bahwa tingkat agresifitasnya sangat menurun dibawah rata rata. Tapi anak anak di Grup B justru menjadi semakin buruk disemua aspek dan tingkat agresifitasnya meningkat sangat tajam.

Saran untuk orang tua: Jika Anda mendaftarkan diri anak anak di kelas seni bela diri, carilah yang tetap mengajarkan dan menekankan olah pikiran dan mental yang baik diberikan secara seimbang pada pelatihannya dan masih tetap berpegang pada tradisi beladiri tersebut. Pelatihan tubuh tanpa pikiran mungkin merupakan jalan menuju masalah.


                           





   Beruntung dan sudah tepat kiranya, kita semua yang bergabung di SCTC (Super Champ Taekwondo Club), dimana SCTC menjalankan program latihan dan manajemen modern namun tetap menjalankan motode - metode melatih yang sangat kuat berpegang pada Taekwondo Junshin (prinsip ajaran taekwondo) pada setiap pelatihannya, para pelatih sangat kuat menjaga dan menekankan DO (jalan) dari Taekwon-do, dalam setiap interaksi dan memberikan pelatihan serta pengajaran, walau metode pengajaran ini terkesan tradisional/kuno dalam pengajaran etiket dan tata caranya.

Hasilnya terlihat sangat jelas bila putra putri anda mengikuti pelatihan dengan tekun, kita melihat bagaimana mereka menunjukkan sikap terhadap pelatih, senior, sesama maupun lingkungannya, memang berbeda dengan yang lain, baik saat berlatih, bertanding, dan bersosialisasi diluar latihan.

Karena kita yakin memang hal tersebut adalah jalan terbaik untuk memberikan olahraga yang terbaik bagi putra putri anda, agar menjadi hidup dan kehidupannya lebih baik serta damai.


(Dikutip dari American Health Magazine, 25 January 2010)
                           

Minggu, 16 September 2012

Sabtu, 08 September 2012

KAPAN TAEKWONDO KITA BISA MAJU??

Kalimantan Barat, salahsatu propinsi terbesar di Indonesia. 
Hhhmmm, mendengar kata terbesar pastilah asumsi kita mengarah ke hal-hal yang bersifat agung, kaya, hebat dll. Yah setidaknya itu juga ada dibenak saya kalu mendengar kata "terbesar".

Dan kalimat "Kalimantan Barat, salahsatu propinsi terbesar di Indonesia" mungkin bisa membuat orang luar Kalimantan Barat berasumsi seperti itu.
Saya berharap demikian, tapi sepertinya masyarakat Indonesia di luar pulau Kalimantan khususnya pulau Jawa masih mengasumsikan Kalimantan = hutan belantara, orang-orangnya kanibal, sangat terbelakang, banyak sekali binatang liar dll. Hahahaha, entahlah kenapa mereka bisa berasumsi seperti itu, mungkinkah itu semua benar? Atau pemerintah jaman dulu sengaja mendoktrin masyarakat luar pulau Kalimantan dengan pikiran-pikiran seperti yang telah saya sebut di atas? Entahlah, tapi yang pasti saya dan kita semua yang hidup dan menetap di pulau ini kemungkinan besar pasti menyangkal, tertawa, marah dll akan semua hal-hal di atas kan?
Saya jadi ingat cerita teman yang pernah kuliah di Jawa, rekannya yang sesama mahasiswa (yang asli Jawa) benar-benar tak tau dimana Pontianak! (mahasiswa gak tau dimana Pontianak???) Dia cuma tahu Kalimantan, dan pengetahuannya pun sebatas yang saya sebutkan tadi! hahahahaha.

Oke, kita bahas judulnya sekarang. 
Seperti yang telah saya sebutkan tadi masyarakat luar Kalimantan khususnya pulau Jawa kebanyakan memang menganggap seperti itu, dan itu juga berlaku di olahraga. Memang tidak semua olahraga di Kal-Bar ini menunjukkan prestasi negatif. Banyak juga atlit-atlit asli Kal-Bar yang mengharumkan nama Indonesia di tingkat nasional dan bahkan dunia. Yang paling terbaru dan paling terkenal tentulah "si tukang pukul" Daud Yordan. Untuk atlit-atlit cabang olahraga lain? Hhhmmm ada Erwin Anwar dari balap sepeda (yang sekarang menjabat Ketua Harian Taekwondo Kal-Bar), Maruki Matsum (balap sepeda), Suwandra (balap sepeda), Verdiana Rihandini (anggar), Indra (atletik), Damianus Yordan(tinju) dan masih banyak lagi.

Lalu bagaimana dengan atlit dari taekwondo? Untuk yang satu ini kita hanya bisa pasang wajah bingung. Ya benar, karena setahu saya belum pernah ada atlit Kalimantan Barat yang mewakili Indonesia di even internasional (beberapa waktu lalu memang ada Deni dan Tania dan anak-anak Super Champ namun itu sebatas open turnamen dan bukan multieven seperti SEA Games dll).

Lalu kenapa taekwondo Kalimantan Barat belum pernah punya prestasi yang membanggakan? Jawabannya bisa banyak sekali, tapi saya ambil beberapa diantaranya.

Tidak ada program regenerasi dari Pengurus.(menurut saya) Inilah yang jadi permasalahan utama kenapa prestasi TI  Kalimantan Barat belum pernah mencapai hasil maksimal. Sejak jaman saya aktif sebagai atlit (tahun 2000-2011), belum pernah saya dengar atau merasakan secara langsung program pembinaan usia dini sebagai regenerasi atlit-atlit TI Kal-Bar. Kalaupun ada atlit junior yang mencuat, bukanlah lahir dari hasil regenerasi atlit yang direncanakan oleh para pengurus TI Kal-Bar. Mereka lahir dari polesan pelatih yang benar-benar memahami mereka dan dengan bakat alam yang luar biasa seperti Bangun Kristanto, Lizawati, Dian Tardila. Mereka adalah berkah untuk TI Kal-Bar, karena pengurus tak perlu susah payah membuat program regenerasi, pelatihan dll.

Sangat amat teramat jarang kejuaraan yang digelar. Hal ini membuat saya sangat amat teramat marah dengan pengurus pada masa lalu saat masih aktif menjadi atlit. Seingat saya dari rentang 2000-2010 TI Kalimantan Barat hanya pernah menggelar lima kejuaraan!!! Itupun sudah termasuk even PORPROV yang merupakan multi even gawean KONI Kal-Bar (PORDA 2002, PORPROV 2006 dan PORPROV 2010). Jadi kalau dihitung hanya DUA kali (Kejurda 2005 dan Kejurprov 2009) TI Kal-Bar pernah menggelar kejuaraan atas nama mereka dalam rentang waktu 10 tahun!  Luar biasa bukan? bisakah kita berprestasi bila seprti ini?

Tak pernah ada pelatda/tc jangka panjang untuk terus mengasah kemampuan atlit. Kebiasaan pengurus TI Kal-Bar yang selalu menggelar pelatda/tc dalam waktu singkat dan kemudian membubarkan tim setelah kejuaraan berlangsung (ini juga dilakukan oleh beberapa pelatih di daerah dan di kota), membuat para atlit seperti pisau yang hanya diasah 1 kali 1 tahun. Waktu pelatda/tc yang sangat singkat, belum lagi sarana dan prasarana latihan yang sangat amat teramat sederhana, menyebabkan para atlit Kalimantan Barat hanya selalu menjadi pelengkap pada kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional. Bahkan saat saya terpilih untuk mengikuti Kejurnas LG Cup V di Jakarta kami hanya melakukan tc selama dua minggu saja!

Ketiadaan pelatih mumpuni yang memadai. Dengan segala hormat kepada para pelatih, harus diakui kalau TI Kalimantan Barat belum memiliki pelatih dengan standar nasional yang mumpuni. Memang ada beberapa pelatih yang pernah diikutkan untuk menjalani penataran pelatih tingkat nasional, namun penataran yang diikuti itu hanyalah penataran tingkat dasar. Dan jumlah pelatih yang mengikuti program itu hanya beberapa orang saja.

Dengan alasan-alasan itulah maka TI Kalimantan Barat sampai sekarang belum pernah merasakan manisnya gelar juara di tingkat nasional apalagi internasional. Bahkan disetiap even nasional rata-rata atlit-atlit daerah unggulan dari daerah Jawa yang mendapatkan drawing pertandingan pertama tak pernah melihat Kalimantan Barat sebagai sebuah ancaman. 

Lalu apa yang akan terjadi dengan taekwondo Kalimantan Barat nanti apabila hal-hal ini masih kita terapkan????